Pagi menjelang siang itu, cuaca gunung Bromo sejuk sekali dengan awan tipis menggayut di angkasa. Sembari menyandar di jok empuk di minibus yang membawa kami ke titik start sepedaan, benak saya masih lah dipenuhi imaji-imaji indah sunrise Bromo yang saya saksikan subuh tadi. (Cerita tentang sunrise di Bromo bisa dibaca di sini). Tapi tak disangka-sangka minibus Rodalink yang membawa kami ternyata telah tiba kembali di parkiran puncak Dingklik gunung Bromo 2300 meter di atas permukaan laut.

Ini benar-benar elemen of surprise yang Rodalink berikan kepada kami. Awalnya informasi yang mereka berikan adalah kita akan bersepeda ke tutur welang. Ternyata tutur welang adalah titik akhir jalur gowesnya. Dan sekarang tim Rodalink membawa kami ke puncak Bromo kembali, tapi kali ini kami harus menuruni gunung Bromo ini dengan menunggangi sepeda dual suspensi Polygon yang mereka sediakan.
Ini bukanlah kali pertama saya bersepeda di pegunungan. Tapi tetap saja ini bagaikan mimpi yang jadi kenyataan buat seorang goweser. Berdiri di ketinggian puncak gunung Bromo saja sudah membuat dada ini bergetar kencang. Tambah lagi kali ini saya bisa menikmati ciptaan Tuhan Yang Maha Besar ini sambil menuruni lerengnya dengan bersepeda. Takut ? pasti ada. Apalagi saat jalur makin menyempit dengan pasir tebal yang menyulitkan sepeda untuk dikayuh. Kurang kontrol sedikit saja untuk menyeimbangkan sepeda, jurang yang dalam sudah siap menyambut. Kalau sudah begitu saya pilih TTB saja lah. Ini pun di amini para goweser lain dari singapura yang ikut dengan saya. “This is no joke, off road is something we often do in Singapore. But downhilling between the cliff is the craziest thing I ever did”. Wkwkwk..ya iyalah mana ada gunung di Singapura buat trek downhill.


Segmen awal gowes kami dari puncak Bromo adalah jalur selebar kurang lebih dua meter yang bersisian dengan lereng yang curam. Nun jauh di bawah sana hijaunya kebun sayur mayur milik warga terhampar menyegarkan mata batin kami.


Di segmen kedua dari jalur sepeda downhill ini mulailah kami memasuki pemukiman penduduk. Sesekali memasuki gang kecil di perkampungan lereng Bromo, selebihnya sepeda kami rolling saja sih di mulusnya jalan aspal menuju ke tutur welang Pasuruan.


Paling menakjubkan adalah saat rolling di kelokan menurun dengan pemandangan persawahan lepas di kejauhan. Pemandangannya benar-benar membuat takjub. Teman gowes kita yang sudah jauh meluncur di depan tampak seperti semut-semut kecil yang sedang berdiri di atas sepeda semutnya dan meluncur dengan cepat LOL.
Segmen terakhir dari gowes kami hari itu adalah masuk ke dalam trek Tutur Welang. Trek downhillnya sangatlah teknikal sekali buat mayoritas dari kami yang masih katagori downhiller wannabe. Jalurnya menurun dan benar-benar membuat Polygon yang kami tunggangi melesat kencang.
Sepanjang treknya penuh dengan gunungan-gunungan mulai dari yang tipis hingga yang ekstrem menjulang lancip. Semuanya terhidang lengkap, dan goweser bisa pilih sesuai selera adrenalinnya. Tapi dengan Sepeda Polygon Collosus DH yang Rodalink pinjamkan untuk saya hari itu, seakan menambah modal nekat saya untuk melahap beberapa jumpingan yang tidak terlalu ekstrem LOL.

Demikian lah, selama 5 jam dan 38 km trek sepeda gunung downhill Bromo hari itu benar-benar memuaskan. Otak menjadi segar, otot pun terasa bugar. Rodalink tampak benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelancaran gowes hari itu. Karena kendaraan non Jeep sebenarnya tidak boleh masuk ke area puncak gunung Bromo tanpa mengurus perijinan sebelumnya. Ditambah lagi dengan sepeda Polygon kelas DH terbaik yang mereka sediakan buat kami. Semuanya membuat petualangan bersepeda kami hari itu TOP BGT . Sepeda yang bagus dengan jalur yang menawan. Apalagi yang goweser cari ? hehehe..petualangan selanjutnya dong tentunya. Semoga.
Berikut clip pendek hasil rekaman kameramen Rodalink saat meliput Bromo Bike Tour 2018 ini.
Super duper ajib!
SukaSuka
Mantul lah kata orang jaman now. Hehehe. Terima kasih sudah mampir di blog ini.
SukaDisukai oleh 1 orang
Duh saya gak kebayang kalau downhill… itu remnya dari kaki ya? Apa masih di tangan juga?
SukaDisukai oleh 1 orang
Wkwkwk.. Kadang rem pakai tangan, kadang pakai kaki, alias nuntun sepeda.
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha
SukaSuka