Kecuali kopi sianida, sejak berabad- abad kulinari makanan dan minuman sudah dijadikan sebagai cultural connection pelbagai negeri. Di Singapura, bazar ramadhan tak pelak menjadi etalasi kemajemukan dan toleransi Islam sebagai agama yang rahmah di dunia. Tua muda, muslim non muslim datang menghadiri “jamuan” bulan puasa ini bahkan sebelum waktunya berbuka. Tak pernah gagal menarik minat warganya. Lalu..apa yang menarik minat saya ? haha..saya mah nak liat lampu raya saja.
Dengan semangat ingin melihat lampu raya Idil Fitri yang sudah bertahun-tahun tidak saya sempatkan waktu untuk berkunjung, jadilah senin petang selepas kerja saya bergegas meluncur ngabuburit ke bazar ramadhan geylang serai.
Lokasi bazar ramadhan geylang serai ini sangat mudah untuk dicapai bahkan oleh pengunjung yang bukan warga asli. Berada dekat dengan stasiun MRT Paya Lebar. Petunjuk arah untuk menuju Joo Chiat Complex lokasi bazar ini dari stasiun Paya Lebar sangatlah memadai. Jika tidak menemukan papan petunjuknya. Warga setempat biasanya akan dengan ramah menunjukkan arah menuju Joo Chiat Complex.

Bazar Ramadhan Geylang Serai berdiri di area yang cukup luas. Membentang sekira 1km sejak dari depan Haig road food centre hingga Joo chiat complex. Ini belum termasuk gerai di seberang jalan Changi road. Di lokasi bekas pasar budaya geylang serai ini tenda lebih besar didirikan untuk menaungi pengunjung saat berbelanja.

Walaupun menggunakan istilah bazar ramadhan. Pengunjung yang datang ke sini tidak didominasi oleh umat muslim yang sedang berpuasa saja. Saat saya datang pengunjung malah lebih banyak terlihat dari golongan remaja lokal singapura dengan gaya hip hop dan kekiniannya.

Banyaknya variasi menu makanan dan minuman yang “fashionable” atau instragamable menjadi daya tarik remaja lokal sini untuk menjadikan Bazar ramadhan sebagai lokasi “hang out” yang kekinian. Tentu saja mereka tak perlu menunggu bedug berbuka untuk menikmati semua yang dijajakan di sini.

Saat adzan maghrib tiba, matahari pun beringsut menghilang tergantikan oleh benderang lampu-lampu raya Idil Fitri. Setelah membatalkan puasa hari itu saya pun menuju masjid Khalid yang berada 200m dari semarak lokasi bazar. Tepatnya di jalan Onan road. Seperti masjid-masjid kebanyakan di Singapura, di sini pun disediakan nasi briyani gratis untuk musafir yang ingin berbuka. Sudah menjadi kelaziman masjid-masjid disini menyediakan takjil buka puasa bagi umat muslim yang bermusafir yang memang sesuai dengan semangat ramadhan sebagai bulan untuk berbagi.
Selepas menunaikan sholat maghrib saya pun lanjut menikmati kemeriahan bazar. Kali ini saya ingin melihat indahnya lampu-lampu raya yang kerlap-kerlipnya menghiasi sepanjang jalan Changi road.

Memang Singapura punya banyak festive season atau periode festival . Karena rakyatnya yang multi religion dan multi ras, di singapura tiap tahun kita bisa menengok kemeriahan festival masing-masing agama. Dimulai dari awal tahun ada festival imlek di chinatown, lalu bazar ramadhan di Geylang, kemudian festival Deepavali di Little India untuk umat hindu dan di akhir tahun ada festival natal dan tahun baru di Orchard. Semuanya meriah dan semarak dikunjungi warganya dan juga oleh turis-turis manca negara. Potensi pariwisata yang jeli diolah pemerintah setempat dari kemajemukan yang ada.
Kembali ke jalan-jalan saya. Saya nikmati benar semarak lampu hiasa hari raya di sini. Ternyata selain makanan dan minuman bazar ini pun menjual karpet-karpet turki dan lampu-lampu untuk hiasan interior rumah. Dibeberapa sudut malah terlihat ada juga yang menjual aksesoris hape dan alat-alat elektronik kecil dan ringkas. Singkatnya bazar ini menyediakan semuanya. Asal mau bersusah-susah mengayun langkah, akan ada banyak yang bisa kita temukan di sini.

Sambil menyusuri langkah saya pun menikmati benar kemeriahan bazar malam itu. Lampu-lampu hias yang benderang berdiri di sepanjang jalan Changi road mulai dari jembatan di depan Haig Food centre. Kebetulan saat di atas jembatan saya lihat 3 remaja sedang asyik menikmati es berisi bola-bola merah dari semangka sebagai hiasannya dan disajikan di dalam belahan kulit semangka utuh. Saking menariknya saya sampai perlu meminta ijin remaja tersebut untuk memfotonya.

Dari Haig road saya pun menyusuri sepanjang changi road ke arah timur untuk melihat-lihat semaraknya malam itu. Saya pun sampai di ujung jalan Changi road yang merupakan akhir lokasi bazar. Di ujung jalan ini dibangun sebuah lampu hias berbentuk rumah panggung melayu dengan tulisan besar “Salam IdilFitri”.

Di titik ini saya lalu menyudahi jalan-jalan saya yang bersamaan dengan tibanya waktu Isya. Saya bersama warga setempat lalu melangkahkan kaki menuju Masjid Darul Aman yang berada di sisi Changi road ini. Puas rasanya menuntaskan rasa rindu akan semarak ramadhan di negeri singa ini. Semoga tahun depan lebih semarak lagi.
wow… perjalan dan pengalaman yang mengasikan..
SukaSuka
terima kasih sudah berkenan atas sekedar corat coret apa yang saya lihat dan rasakan.
SukaSuka
Wah ternyata di Singapura ada bazar Ramadhan juga ya,.. nggak kebayang gimana rasanya mengalami bulan puasa di negeri orang
SukaSuka
bazar ramadhan ini sudah jadi tradisi sejak lama di singapura. malahan warga singapura yg tidak berpuasa yg selalu menantikan event tahunan ini. jajanannya itu loh yg gak nahan
SukaSuka
Tapi mahal juga ya masa es semangka 6 dollar, hahahaha emng biaya hidup disana mahal sih sesuai pendapatannya 😀
SukaSuka
mahal karena semangkanya diimport sih. 😁
SukaSuka